Analisa Modal Usaha Briket Arang

Memulai usaha briket arang selain membutuhkan keahlian, juga memerlukan modal yang tidak sedikit.

Briket arang banyak dibutuhkan untuk berbagai keperluan, salah satunya sebagai bahan bakar alternatif untuk memasak.

Peminat produk ini tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan dari berbagai negara di Eropa, Amerika dan Asia.

Tak heran jika bisnis ini mampu memberikan keuntungan yang besar dan berkelanjutan.

Tertarik mempelajarinya lebih lanjut? Simak pembahasannya di bawah ini.

Alasan Usaha Briket Arang Menguntungkan?

Briket arang terbuat dari bahan baku seperti tempurung kelapa, serbuk kayu, dan bambu yang mudah didapatkan dan harganya relatif murah.

Bahan baku ini juga merupakan limbah yang dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat, sehingga usaha ini turut mendukung kelestarian lingkungan.

Briket arang banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memasak, barbeque, dan industri.

Permintaan briket arang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Usaha briket arang memiliki potensi keuntungan yang cukup tinggi.

Hal ini karena biaya produksinya yang relatif murah dan harga jual briket arang yang cukup tinggi. Selain itu, usaha ini juga memiliki potensi untuk dikembangkan dengan skala yang lebih besar.

Analisa Modal Usaha Briket Arang

Untuk memulai bisnis briket arang, Anda perlu melakukana analisa modalnya terlebih dahulu. Sebelum itu, kita asumsikan datanya seperti ini:

  • Kapasitas produksi: 1 ton briket arang per hari (8 jam kerja)
  • Harga jual briket arang: Rp 5.000/kg
  • Lama operasi: 25 hari per bulan
  • Suku bunga pinjaman: 12% per tahun
  • Jangka waktu pinjaman: 1 tahun

Biaya Modal Awal:

  1. Peralatan:
    • Mesin cetak briket: Rp 15.000.000
    • Alat pencampur: Rp 5.000.000
    • Cetakan briket: Rp 2.000.000
    • Gerobak: Rp 1.000.000
    • Timbangan: Rp 500.000 Total: Rp 23.500.000
  2. Biaya sewa tempat: Rp 2.000.000 per bulan
  3. Biaya bahan baku:
    • Arang kayu: Rp 2.000/kg
    • Tepung tapioka: Rp 1.000/kg Total: Rp 3.000/kg
  4. Biaya tenaga kerja:
    • 2 orang pekerja: Rp 2.000.000/orang/bulan Total: Rp 4.000.000/bulan
  5. Biaya lainnya:
    • Listrik: Rp 500.000 per bulan
    • Air: Rp 200.000 per bulan
    • Transportasi: Rp 300.000 per bulan
    • Kemasan: Rp 1.000.000 per bulan Total: Rp 2.000.000 per bulan

Total Biaya Modal Awal: Rp 54.500.000

Biaya Operasional Bulanan:

  1. Biaya bahan baku:
    • 1 ton briket arang membutuhkan 800 kg arang kayu dan 200 kg tepung tapioka
    • Biaya arang kayu: 800 kg x Rp 2.000/kg = Rp 1.600.000
    • Biaya tepung tapioka: 200 kg x Rp 1.000/kg = Rp 200.000 Total: Rp 1.800.000
  2. Biaya tenaga kerja: Rp 4.000.000
  3. Biaya sewa tempat: Rp 2.000.000
  4. Biaya lainnya: Rp 2.000.000

Total Biaya Operasional Bulanan: Rp 9.800.000

Pendapatan Bulanan:

  • Penjualan 1 ton briket arang per hari x Rp 5.000/kg x 25 hari = Rp 125.000.000

Keuntungan Bulanan:

  • Pendapatan Bulanan – Total Biaya Operasional Bulanan = Keuntungan Bulanan
  • Rp 125.000.000 – Rp 9.800.000 = Rp 115.200.000

Kesimpulan